MK Sosiologi Umum (KPM 130) Rabu, 19
November 2014
Praktikum ke-10 RK CCR 2.16/ Q09.2
Nama/ NIM
Widia Sereniti/
G64140051
Bacaan 10
SISTEM STATUS DAN
PELAPISAN MASYARAKAT SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status
Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
Oleh: W.F Wetheim
Bacaan 11
SITUASI SOSIAL DUA
KOMUNITAS DESA DI SULAWESI SELATAN
Oleh: Mochtar Buchori
dan Wiladi Budiharga
RESUME I:
Sekitar
1990 tahun, Belanda berhasil menengakkan kekuasaan di seluruh kepulauan
Indonesia dengan kolonial menurut garis ras. Kemudian pada abad
XX terjadi perkembangan dinamis
yang meningkatkan mobilitas sosial. Di pulau seberang,
terutama uang yang melakukan pendobrak terhadap sistem asli yang lama. Para
pedagang kota di Indonesialah yang melakukan pemberontakan menentang tradisi
dan kekuasaan suku. Kemakmuran yang
dicapai oleh banyak petani dan pedagang telah menyebabkan mereka berjuang untuk memperoleh suatu prestise sosial
yang sama dengan
yang dimiliki ketua-ketua adat.
Pendidikan merupakan
pengaruh dinamis di pulau Jawa dan luar Jawa. Sejak tahun
1900, perbedaan profesi di Jawa semakin meningkat. Bertambah luasnya ekonomi uang dan meningkatnya hubungan dengan
Barat telah menyebabkan timbulnya lapangan pekerjaan baru,
seperti montir,
sopir, masinis, dan mandor, sehingga timbullah suatu kelompok baru
yang naik sampai ke suatu tingkat
di atas masyarakat pada umumnya karena kemampuan teknis mereka. Adanya pendidikan telah mendobrak struktur masyarakat pertanian. Orang-orang
yang umumnya mendapat pendidikan pertanian atau pendidikan teknis cenderung untuk mencari pekerjaan
di kota-kota. Terdapat suatu kelas cendekiawan atau setengah cendekiawan
Indonesia mendobrak susunan kemasyarakatan Jawa tradisional dan lapisan sosial kolonial abad XIX
yang berdasarkan perbedaan ras. Pendidikan
Barat menyebabkan orang-orang Indonesia bisa mendapatkan jabatan tinggi yang
merupakan hak istimewa bagi orang
Eropa sehingga dasar sistem
status kolonial secara berangsur-angsur rubuh. Pendidikan telah bertindak
sebagai dinamit terhadap sistem kasta kolonial.
Tahun 1920, golongan Indo bergabung dalam Persatuan
Indo Eropa untuk mempertahankan hak-hak istimewa kemasyarakatan
yang telah mereka peroleh sendiri. Hal ini dikarenakan persaingan
yang semakin hebat dalam suatu masyarakat telah menyebabkan para anggota kaum borjuis mempersatukan barisan untuk mencapai solidaritas kelompok. Mereka membangun suatu perasaan lebih tinggi
yang dibuat-buat dalam menghadapi kaum bumiputera
yang berjuang untuk menciptakan jarak
yang lebih besar dan menekankan watak ke-Eropaan mereka.
Di sisilain, di kalangan orang-orang Indonesia terdapat kecenderungan
yang lebih besar untuk mengadakan persatuan
yang disertai dengan kesadaran kebangsaan
yang semakin meningkat dan
rasa hormat yang semakin berkurang terhadap bangsa Belanda sebagai suatu faktor sosial. Lama
kelamaan, terbentuk suatu kecenderungan
yang kuat kearah suatu sistem nilai
yang baru berdasarkan kemakmuran individu dan kemampuan intelektual seseorang.
Kedudukan istimewa
yang diduduki orang Eropa dan Cina menjadi amat kurang stabil,
dilihat dari bidang pendidikan serta ekonomi.
RESUME II
Komunitas Maricaya Selatan terdiri dari lima golongan
masyarakat yang menempati riga lapisan pokok yaitu golongan pejabat dan
kelompok profesional di lapisan atas, golongan alim ulama, golongan pegawai dan
golongan pedagang di lapisan menengah, dan golongan buruh di lapisan paling bawah.
Dalam masyarakat ini bersifat heterogen dan cukup berlapis-lapis mulai terlihat
adanya usaha-usaha untuk menciptakan iklim sosial yang lebih cair. Dilihat dari
segi ekonomi dalam masyarakat Maricaya Selatan dibagi menjadi tiga lapisan
masyarakat yaitu lapisan ekonomi mampu terdiri dari pejabat penting pemerintah
setempat dengan jumlah 10%, lapisan ekonomi menengah yang terdiri dari alim
ulama, pegawai, kelompok wirausaha dengan jumlah 60%, lapisan ketiga adalah
lapisan ekonomi miskin yang terdiri dari para buruh tani, buruh bangunan, buruh pabrik dengan jumlah 10%. Dilihat dari
latar belakang pendidikan, lapisan atas dari masyarakat Maricaya Selatan ini merupakan
kelompok yang homogen. Kebanyakan masyarakat memiliki masalah keterbatasan
kemampuann ekonomi tetapi mereka memanfaatkan kesempatan memperoleh pendidikan dengan seoptimal mungkin. Minat baca mereka juga cukup besar.
Dalam masyarakat Polewali terlihat adanya tiga lapisan
masyarakat yang tersusun atas lapisan kaya terdiri dari pemangku adat, ulama
dan pejabat dari orang-orang Bugis dan Mandar. Golongan kedua adalah golongan
ekonomi sedang yang jumlahnya 55% terdiri dari pegawai dan pedagang. Lapisan
ini terdiri dari orang Makasar, Bugis, Toraja, Jawa dan Cina. Jadi kelompok ini
bersifat heterogen. Dan yang terakhir adalah golongan miskin yang jumlahnya 10%
terdiri dari para buruh, yang termasuk golongan ini adalah orang Toraja,
Makasar, dan Jawa. Disini kelompok orang Bugis
dan Makasar merupakan kelompok yang paling besar pengaruhnya dalam
kehidupan sosial terutama kehidupan adat dan keagamaan juga ekonomi. Dalam
masyarakat Polewali pendidikan adalah suatu hal yang mereka junjung tinggi,
mereka lebih mengutamakan aspek fungsional daripada aspek simbolisnya. Jadi
masyarakat Polewali adalah masyarakat yang lugas mengisi kehidupan mereka
sehari-hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan menyelesaikan yang ada
pada lingkungan kita.
ANALISIS:
1.
A. Differensiasi
Bacaan I: Perbedaan
suku bangsa,
status, kasta, profesi, pendidikan, bakat dan keterampilan yang dimiliki oleh
masing-masing ras, yaitu Eropa, Indonesia dan Cina.
Bacaan II: Perbedaan lapisan atau golongan ekonomi (pendapatan rumah tangga) masyarakat, cara hidup atau gaya hidup
masyarakat, perbedaan agama (kepercayaan) masyarakat dan juga perbedaan status sosial (profesi).
B. Inequality
Bacaan I:
a. Indonesia yang semakin
banyak bekerja di bidang perdagangan dibandingkan dengan sebelumnya.
b. Toko Cina yang
memperkerjakan para pegawai Cina.
c. Orang-orang Indonesia
yang mulai diangkat kepada jabatan-jabatan yang tadinya merupakan hak istimewa orang0orang
Eropa.
d. Pedagang-pedagang
menengah bumiputera mulai mendepak orang-orang Cina
Bacaan II:
a. Masyarakat yang tidak
mampu membeli koran dan majalah sering meminjam dan turut membaca dari mereka
yang mampu membelinya.
b. Masyarakat turut
berkerumun di jalan menikmati acara-acara di keluarga yang memiliki TV.
Sistem stratifikasi
Bacaan I
a. Ukuran kekayaan: Berdasarkan
pendapatan, pendapatan orang Eropa tertinggi, pendapatan orang Cina ditengah-tengah dan pendapatan orang Indonesia paling rendah.
b.
Ukuran kekuasaan: Orang Eropa menguasai pemerintahan dan orang
Cina menguasai perdagangan. Jabatan-jabatan tertinggi yang
diisi oleh tenaga-tenaga dari luar.
c.
Ukuran kehormatan: Para pemuka-pemuka
tradisional (adat), pemimpin agama, para pemimpin kerohanian baru seperti cendekiawan, guru sekolah dan orang tua yang anaknya memperoleh pendidikan
yang tinggi.
d.
Ukuran pengetahuan: Orang-orang yang mendapatkan
pendidikan dengan cara barat berkumpul dan mendapat pekerjaan di Jawa, orang yang
memiliki keahlian baca tulis dapat menerima pendapatan yang relatif tinggi,
orang pribumi yang mahir bahasa Belanda dijadikan tenaga administrasi
pemerintah belanda. Kaum cendekiawan yang memperoleh pendidikan
merupakan lapisan tertinggi dalam masyarakat.
Bacaan II
a. Ukuran kekayaan: Adanya lapisan ekonomi mampu (lapisan atas), lapisan ekonomi menengah
(lapisan menengah), dan lapisan ekonomi miskin (lapisan bawah).
b. Ukuran kekuasaan: Masyarakat yang memilki kekayaan cenderung mempunyai kekuasaan yang lebih besar.
c. Ukuran kehormatan: Orang yang mendapat pendidikan dan gelar lebih di hormati.
d. Ukuran pengetahuan: Anak-anak yang tidak bersekolah atau tidak tamat
SD kemungkinan anak dari lapisan bawah. Anak-anak yang lulus SD dan tidak
meneruskan ke SLTP kemungkinan besar anak-anak dari para buruh dan pedagang
kecil di lapisan menengah. Sedang anak-anak yang lulus SLTA dan meneruskan ke
perguruan tinggi adalah anak-anak dari lapisan atas.
2. Mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial
yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Bacaan I
a. Mobilitas sosial horizontal: Adanya perubahan status orang pribumi dari petani
menjadi pedagang. Masukannya sejumlah kecil orang yang bekerja untuk pedagang lain seperti perdagangan, industri dan
pengangkutan.
b. Mobilitas sosial vertical
·
Social
climbing:
a.
Para
petani yang awalnya miskin baru saja menjadi kaya
terhadap struktur tradisional.
b.
Diangkatnya orang-orang Indonesia menjadi pejabat yang tadinya merupakan
hak istimewa orang Eropa.
c.
Munculnya lapangan pekerjaan seperti montir, sopir,
masinis, dan mandor.
·
Social
sinking
a.
Melemahnya jabatan-jabatan golongan Eropa dan menurunnya derajat orang Cina
ke tingkat proleter.
b.
Orang–orang
cina yang awalnya memonopoli perdangan sekarang terdesak dan tidak menguasai
perdagangan lagi.
Bacaan II
a. Mobilitas sosial horizontal: -
b. Mobilitas sosial vertical
·
Social climbing: Golongan menengah yang
memperoleh pendidikan dan gelar mungkin berubah statunya menjadi golongan atas. Masyarakat
Polewali sadar akan pentingnya pendidikan agar mendapatkan tempat terhormat
dalam kehidupan mereka di kemudian hari.
·
Social sinking: Golongan mayoritas mencoba menerobos dinding antar
golongan sehingga terbentuk pola pergaulan akrab dengan golongan minoritas.
0 komentar:
Posting Komentar