MK Sosiologi Umum (KPM
130)
Praktikum ke-4
Rabu, 24 September 2014
RK CCR 2.16/ Q09.2
Nama/
NIM
Widia
Sereniti/ G64140051
Bacaan
I
STRUKTUR
INTERAKSI KELOMPOK ELIT DALAM PEMBANGUNAN
Penelitian
di Tiga Desa Santri
Oleh
: Sunyoto Usman
Bacaan
II
TOLONG
BANTU PERBAIKI PERTANIAN KAMI
Oleh
: Muhammad Syaifullah
IKHTISAR :
Bacaan I
Pandangan tentang kelompok elit adalah sesuatu yang
sering dianggap sebagai sesuatu yang mewah, gemerlap dan tidak mau bergabung dengan masyarakat biasa. Sedangkan
menurut sosiologi , elit bukan sesuatu yang negatif karena kelompok elit adalah
kelompok kecil dalam masyarakat yang tergolong disegani, dihormati, kaya serta
berkuasa yang posisinya berada di puncak strata, memiliki kemampuan
mengendalikan aktivitas perekonomian dan sangat dominan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Kelompok ini tidak hanya mengambil keputusan, tetapi
lebih daripada itu mereka adalah panutan sikap dan acuan tindakan, serta
diharapkan dapat berbuat nyata bagi kepentingan bersama. Di pedesaan jumlah
anggota kelompok elit tidak banyak , mereka hanya masyarakat yang mempunyai
jabatan seperti pengurus desa, petani kaya, guru desa atau pegawai negeri.
Kelompok elit sangat potensial sebagai agen perubahan, terutama dalam fungsinya
antara kemauan pemerintah dan kepentingan anggota masyarakat. Mereka menyandang
beban menerangkan kebijaksanaan umum dan prioritas pembangunan yang dirancang
oleh pemerintah kepada anggota masyarakat. Telah banyak bukti kelompok elit
tampil sebagai figur yang sangat potensial, terutama dalam proses memobilisasi
anggota masyarakat dan dalam menyampaikan gagasan, keluhan serta permintaan
anggota masyarakat kepada pemerintah.
Penelitian
dilakukan di tiga desa santri dalam wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Bertujuan
untuk mengidentifikasi struktur interaksi elit dalam mengakomodasi pelaksanaan proyek
pembangunan pedesaan dan mengetahui kelompok mana yaang paling dominan atau
lebih berperanguh pada proses merumuskan strategi dan tindakan untuk mencapai
hasil pembangunan yang maksimal. Ada tiga macam pendekatan yaitu positional approach, reputational approach, dan decisional approach. Ada dua alasan penting
mengapa tiga desa tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian yaitu banyak
sekali jumlah anggota masyarakat ketiga desa tersebut yang menjadi pengikut
thoriqot Qodiriyah-Naqsabandiyah dan anggota masyarakat ketiga desa tersebut
memiliki memiliki daya dukung yang kuat terhadap ketahanan oraganisasi sosial
politik Islam. Berdasarkan data penelitian kelompok elit memiliki yang angka
tinggi adalah pamong desa, untuk pemuka agama nilai rata-ratanya rendah. Hal ini terjadi karena pamong desa memiliki kesempatan yang lebih luas dan
lebih leluasa dalam mengembangkan kiprahnya dalam proyek pembangunan. Karena
pemuka agama sangat dibutuhkan keterlibatannya untuk memacu kemandirian masyarakat
desa, jadi sekarang sudah saatnya di desa itu mengupayakan agar dapat saling
membantu dan menjalin hubungan yang lebih erat dalam kegiatan pembangunan.
Interaksi antara mereka perlu diubah dari yang biasa hanya dilakukan untuk
menjawab kepentingan masing-masing ke arah hubungan yang koordinatif untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Bacaan II
Pertemuan antara jagawana Ade Suharso, Kepala Seksi
Konservasi TN Kutai wilayah Tanjung Limau dengan masyarakat Dusun Kandolo yaitu
bermaksud mengajak masyarakat untuk
menjaga hutan dengan tidak terus menebangi hingga habis, bukannya memperluas
lahan dan mendirikan permukiman dihutan tersebut. Namun masyarakat pun
memberikan alasan untuk mengelak dari ajakan itu. Mereka terpaksa membuka lahan
guna mempertahankan hidup (membuat kayu arang) karena kondisi alam.
Banyak perlawanan yang meraka lakukan, seperti
menghadang serta mengancam akan membakar kendaraan mobil mereka. Ketegangan ini
akibat dari putusnya komunikasi antara kedua belah pihak. Tingkah masyarakat
pun semakin menjadi, seperti aktivitas perkebunan rakyat secara besar-besaran,
maraknya penebangan dan pengangkutan kayu, pengkaplingan lahan, pembagian
lahan, penjualan lahan, penguasaan tanah,
serta pengaspalan jalan. Persoalan ini sudah tidak dapat dilihat secara
parsial lagi. Kondisi ini sebagai akumulasi persoalan sejak awal kawasan ini
ditetapkan sebagai kawasan konservasi serta tiadasinkronisasi kebijakan antara
pemerintah pusat, Pemda Kaltim, dan Pemda Kutai. Keadaan ini membuat hubungan
antara jagawana dengan masyarakat menjadi ada jarak, bahkan tidak jarang saling
tejadi berbenturan kepentingan.
Kasus
penebangan hutan yang terjadi di desa Kandolo bukan sepenuhnya salah warga.
Mereka melakukan hal itu karena minimnya perhatian pemerintah sehingga warga
hidup dalam kemiskinan dan tidak ada alternatif pilihan pekerjaan yang lain
untuk mempertahankan hidup. Menghadapi konflik yang terjadi di Kandolo, ada
beberapa oknum yang mempunyai uang yang banyak dan oknum yang mempunyai
kekuasaan memanfaatkan situasi tersebut untuk kepentingan mereka sendiri.
Pemerintah
seharusnya lebih memperhatikan kesejahteraan warga Kandolo jika ingin konflik
yang terjadi segera selesai. Karena jika dilakukan dengan cara kekerasan, warga
akan tetap melakukan penebangan hutan, penyebabnya adalah mereka terpaksa
melakukan pekerjaan tersebut untuk bertahan hidup. Dan setelah itu barulah
pemerintah bisa menghentikan penebangan hutan oleh para oknum, karena
sebenarnya warga sendiri menyadari betapa pentingnya kawasan tersebut dipertahankan
kelestariannya, namun keadaanlah yang membuat mereka harus mempertahankan hidup
di daerah ini.
ANALISIS
No
|
Bentuk-Bentuk Interaksi
|
Teori Singkat
|
Keterangan
|
||
Bacaan I
|
Bacaan II
|
||||
1
|
Assosiatif
|
Kerjasama
|
Suatu kegiatan bekerja secara bersamaan dalam rangka mencapai suatu
tujuan bersama.
|
Kerjasama
antara pamong desa yang satu dengan yang lain serta dengan para elit
lainnya. Tokoh masyarakat dengan pemuka agama
Karena ada
kyai terkait thorikot Qodiriyah-Naqsabandiyah yang menjadi anggota Golkar maka
pengikutnya pun mengikuti pimpinannya.
PPL bekerja sama dengan para ketua kelompok tani
supra-insus.
Pemerintah pusat bekerjasama dengan anggota masyarakat dalam perencanaan,
organisasi, pengawasan, dan alokasi dana pembangunan.
Kelompok elit bertindak
sebagai penengah antara pemerintah dan masyarakat dalam menyampaikan gagasan,
keluhan serta permintaan masyarakat kepada pemerintah.
|
Kompas meliput pertemuan antara para
jagawana dan tokoh masyarakat Kandolo dalam mencari jalan untuk menyelesaikan
kasus penebangan hutan.
|
Akomodasi
|
Suatu usaha untuk mengakhiri suatu pertikaian secara permanen atau
sementara di antara pihak-pihak yang berkonflik.
|
Dalam tradisi
thoriot tedapat keharusan bagi pengikut untuk taat kepada guru.
Kelompok elit menjadi penghubung antara pemerintah dengan masyarakat
Kelompok elit berpengaruh dan dominan dalam pengambilan keputusan.
Tidak ada salah paham atau pertikaian yang terjadi
dalam pengambilan proyek.
Adalah kewajiban kita semua
untuk mengupayakan mekanisme bagaimana agar semua elit desa (pamong desa,
pemuka agama, dan petani kaya) mau bahu dan menjalin hubungan yang lebih
intim dalam kegiatan pembangunan.
|
para
jagawana dan tokoh masyarakat Kandolo saling berdiskusi mencari jalan keluar
untuk mengurangi kasus penebangan hutan dan untuk membuat hidup warga menjadi
lebih baik.
|
||
Asimilasi
|
Suatu proses sosial yang ditandai dengan
usaha mengurangi perbedaan antara perorangan atau kelompok, juga membutuhkan
waktu yang lama karena saling menyesuaikan diri.
|
Perubahan
Interaksi antar kaum elit pedesaan yang tadinya hanya untuk menjawab
kepentingan masing-masing.
Anggota
masyarakat menjadi pengikut thriqot Qodiriyah-Naqsabandiyah Antar kelompok elit yang berbeda mengambil inisiatif dalam membuat suatu keputusan.
Melalui
proses interaksi sosial yang panjang dan berkesinambungan, kelompok elit dan
pemuka agama menyatu sedemikian rupa lalu membentuk kekuatan yang mampu
mengukuhkan status mereka menjadi suatu kelas intelektual tersendiri yang
mandiri dan diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan kebijaksanaan pembangunan.
|
|||
2
|
Dissosiatif
|
Persaingan
|
proses sosial antara dua orang atau
lebih yang masih memiliki pemikiran sendiri sendiri dan berjalan di jalan tersebut
|
Dalam
pengambilan keputusan kelompok elit cenderung lebih dominan dibandingkan para
pemuka agama, hal ini dikarenakan kelompok elit mempunyai informasi yang
lebih lengkap dan akurat.
|
Petugas
jagawana saling berselisih dengan masyarakat untuk menjaga hutan
Antar inividu bersaing untuk menguasai lahan di sekitarnya Kelompok
pendatang ingin membeli lahan di kawasan hutan, sedangkan masyarakat yang
disana ingin mempertahankan lahannya dan ingin membuka lahan baru.
warga dan jagawana
saling bersaing dalam mempertahankan pendapatnya masing-masing karena
jagawana merasa benar dan warga tidak punya pilihan untuk mencari nafkah lain
|
Kontravensi
|
proses sosial yang ditandai dengan
kebencian terhadap kepribadian seseorang, dan perasaan tidak suka yang
disembunyikan dan adanya sifat saling curiga.
|
Dalam salah satu kasus proyek pada
artikel dijelaskan bahwa kehendak dan kepentingan pamong desa sering menjadi
patokan, karena segala hal yang berhubungan dengan proyek yang akan dan
sedang berjalan, hampir semuanya berada pada Kepala Desa
|
Manap, Kepala Dusun Kandolo berdebat dengan para
petugas jagawana untuk tetap berusaha membuka lahan Minimnya masyarakat yang
diperhatikan pemerintah, menjadikan mereka mencari cara untuk hidup.
warga menolak himbauan
jagawana agar mereka menghentikan penebangan hutan, karena mereka tidak
mempunyai sumber nafkah yang lain untuk bertahan hidup
|
||
Konflik
|
proses sosial dimana perorangan atau
kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lain/lawan
dengan ancaman atau kekerasan.
|
permasalahan yang terjadi antara
kelompok elit dan pemuka agama dalam hal mengambil kepercayaan masyarakat
untuk menjadi penentu dalam pengambilan keputusan.
|
Petugas jagawana dihadang puuhan masa dan diancam
mobil mereka akan dibakar.
konflik yang terjadi antara
warga dan jagawana menyebabkan hubungan menjadi berjarak dan sering terjadi
benturan kepentingan.
|
0 komentar:
Posting Komentar